Suasana Pelabuhan Merak Dini Hari |
Pada akhirnya saya menimbang-nimbang kembali ketika teman
saya untuk yang kesekian kalinya menawarkan paket wisata ke Gunung Anak
Krakatau. Memang waktu itu saya berpikir sedikit ragu untuk berangkat ke Gunung
Anak Krakatau, pertama karena akhir bulan yang pastinya dana segar hampir
mendekati titik batas aman, kedua karena Gunung Anak Krakatau tergolong gunung
yang “hiperaktif”. Setelah saya berpikir ulang, dengan pertimbangan kesempatan
jalan-jalan ke Gunung Anak Krakatau itu merupakan kesempatan langka, serta
paket wisata menarik yang ditawarkan termasuk snorkeling di beberapa spot snorkeling
yang katanya menarik, saya menyetujui tawaran teman saya itu. Lagipula saya
main hitung-hitungan biaya yang dikeluarkan jika berangkat sendiri tanpa
melalui paket rombongan ternyata hampir sama, bahkan lebih tinggi dari paket
rombongan. Benar saja, dengan Rp 400.000,00 sudah termasuk transportasi
Jakarta-Pelabuhan Merak PP, Pelabuhan Merak-Pelabuhan Bakauheuni PP, Pelabuhan
Bakauheuni-Dermaga Canti PP, Dermaga Canti-Pulau Sebesi PP, sewa kapal selama 2
hari 1 malam, penginapan di Pulau Sebesi, dan 5 kali makan selama liburan.
Hari Jumat, 31 Agustus 2012, setelah pulang kerja saya
berkemas segala keperluan yang akan dibawa selama liburan. Rencana akan
berangkat pukul 21.00 WIB. Masalah kecil terjadi ketika kamera digital saya
tidak bisa hidup di saat detik-detik terakhir keberangkatan. “Battery
Exhausted” tulisan itu yang berulang kali muncul ketika kamera digital saya
hidup. Wah, ternyata tadi siang charging-nya
tidak masuk. Liburan di suatu tempat wisata tanpa kamera saya rasa seperti
rujak tanpa mangga muda. Saya sengaja mengambil analogi ini karena saya suka
makan rujak (nggak penting,
abaikan!). Untungnya battery saver
portable saya sudah dalam kondisi fully
charged sehingga bisa nge-charge kamera
selama perjalanan. Kami berkumpul di depan UI Salemba. Setelah rombongan
lengkap dan kami sedikit berkenalan dengan anggota lainnya, kami berangkat
menggunakan bus ke Pelabuhan Merak pukul 22.30 WIB. Kami tiba di Pelabuhan Merak
sekitar pukul 00.30 WIB. Dini hari itu Pelabuhan Merak cukup ramai dengan
orang-orang yang akan menumpang kapal ke pulau seberang. Sekitar pukul 01.30
WIB kapal diberangkatkan, dan tiba di Pelabuhan Bakauheuni Lampung sekitar
pukul 04.30 WIB. Kami berangkat dari Pelabuhan Bakauheuni menuju Dermaga Canti dengan
angkot sewaan sekitar pukul 05.20 setelah sebelumnya beberapa diantara kami
Sholat Subuh dan sarapan. Sampai di Dermaga Canti sekitar pukul 06.30. Segera
kami ganti baju dan celana di toilet umum di sekitar dermaga karena saat itu
juga kami akan menikmati indahnya bawah laut di titik snorkeling Pulau Sebuku Besar dan Pulau Sebuku Kecil. Setelah
perjalanan laut selama sekitar 1 jam, kami tiba di titik snorkeling dimaksud. Langsung saja kami memakai perlengkapan snorkeling dan byurrr...!! Satu per satu masuk ke dalam air laut dengan dasar
terumbu karang yang indah. Namun sayang kami tidak dapat menikmati keindahan
terumbu karang dengan puas. Gelombang laut waktu itu sedang tidak bersahabat
untuk snorkeling. Kami hanya
menghabiskan waktu sebentar saja. Kamipun segera merapat ke kapal dan segera
naik ke kapal untuk melanjutkan perjalanan ke Pulau Sebesi.
Menginap di Pulau
Sebesi
Pulau Sebesi |
Jaringan listrik di pulau ini juga sudah tersedia, walaupun
sepertinya PLN hanya menggunakan genset yang hanya hidup ketika malam hari,
paling tidak untuk membuang kesan sedang berada di pulau nun jauh dari
kemajuan. Jaringan telekomunikasi seluler juga sudah tersedia di pulau ini,
walaupun sinyal tidak terlalu kuat, tetapi sudah cukup untuk daerah kecil di
tengah luasnya samudera.
Umang-umang, Pulau
Kecil Berbatu
Pulau Umang-umang |
Sunset |
Setelah kami makan siang dan beristirahat beberapa jam di
Pulau Sebesi, kami memulai perjalanan ke Pulau Umang-umang yang jaraknya tidak
seberapa jauh dari Pulau Sebesi. Hanya berlayar sekitar 10 menit kami tiba di
Pulau Umang-umang. Kami sengaja mengambil waktu sore hari agar sekaligus dapat
melihat sunset. Pulau ini sangat
kecil, hanya butuh waktu beberapa menit untuk mengelilingi pulau ini. Di pulau
ini banyak terdapat bebatuan hitam terhampar di sepanjang pantai layaknya di
Pulau ‘Laskar Pelangi’ Belitung. Kami dapat melihat terumbu karang beserta
ikan-ikan kecil di sekitarnya dengan sangat jelas, karena air di pulau ini
sangat jernih dan dangkal. Setelah puas berendam dalam air, snorkeling, dan mengambil beberapa foto
di pulau ini, kami kembali ke Pulau Sebesi untuk bermalam.
Tantangan di Balik
Keindahan Gagahnya Anak Krakatau
Acara malam di Pulau Sebesi sebatas makan malam dan sedikit
diskusi mengenai rencana esok hari. Kami sepakat untuk berangkat pukul 2 pagi
karena kami berekspektasi bisa melihat batu pijar menyembur dari mulut Anak
Krakatau yang akhir-akhir ini sedang labil. Kami bangun pukul 01.30 WIB. Segera
kami menuju kapal dengan membawa peralatan yang diperlukan. Setelah semua sudah
masuk kapal, perlahan kapal mulai bergerak menyusuri selat di bawah naungan
purnama rembulan. Setelah beberapa menit berlayar, kapal oleng dihajar ombak dahsyat
dini hari itu. Karena situasi tidak memungkinkan untuk tetap berlayar, nahkoda
kapal memutuskan untuk route to base atau
bahasa populernya kembali ke tempat semula alias balik ke dermaga. Kami mengurungkan
niat untuk melihat meronanya semburan lava dini hari itu. Sedikit kecewa tidak
bisa melihat momen yang sangat jarang itu. Pagi hari pukul 05.00 WIB kami
melanjutkan rencana kami menuju ke Anak Krakatau yang sempat tertunda. Pada awalnya
perjalanan kapal mulus hingga pada akhirnya setelah sekitar 30 menit perjalanan
ombak besar terasa mulai menyergap lambung kapal yang kami tumpangi. Beberapa
teman kami mabuk laut karena kerasnya ombak yang bertubi-tubi menghajar kapal
kayu kami. Beberapa kali air laut masuk ke dalam kapal. Suasana semakin mencekam
di dalam kapal kayu kami saat mengarungi luasnya Selat Sunda di pagi itu. Bagaimanapun
juga kapal kami sangat kecil bila dibandingkan dengan besarnya gelombang saat
itu. Situasi semakin dramatis ketika kami diinstruksikan untuk memakai
pelampung masing-masing. Antara rasa takut, tegang, pusing, dan diselingi
pikiran apakah kapal akan karam dihajar ombak? Sekitar 2 jam kami berada pada
situasi seperti ini. Setelah kapal berjarak tidak terlampau jauh dari daratan
Anak Krakatau, ombak mulai tenang. Setelah kami tiba di Anak Krakatau, kami
beristirahat sejenak dan sarapan pagi.
Dentuman Anak
Krakatau Menyambut Kedatangan Kami
Panorama dari Puncak Anak Krakatau |
Selamat Datang di Anak Krakatau |
Jalur Pendakian |
Awan Panas Keluar dari Mulut Anak Krakatau |
Lagoon Cabe, Surga Snorkeling Anak Krakatau
Spot Snorkeling Lagoon Cabe |
Sunset di Dermaga Canti |
Setelah semua peserta naik ke kapal, kami melanjutkan
perjalanan ke spot snorkeling
terakhir yang katanya paling indah, namanya Lagoon Cabe. Benar saja,
pemandangan coral di kedalaman 2
meter itu sungguh mempesona. Kami dapat melihat berbagai jenis ikan cantik
beserta terumbu karang yang belum pernah kami temui sebelumnya. Keunikan di
Lagoon Cabe ini kita dapat menaburkan remah-remah roti ke dalam air, dan dalam
sekejap ikan-ikan cantik akan menyambar remah roti tersebut. Selain airnya
jernih, biota laut di Lagoon Cabe ini merupakan yang paling beragam
dibandingkan dengan spot snorkeling sebelumnya.
Setelah puas bercengkerama dengan ikan-ikan, kami kembali ke penginapan di
Pulau Sebesi sekitar pukul 12.30 WIB. Sesampainya di Pulau Sebesi, kami
membersihkan diri dan berkemas persiapan pulang. Sekitar pukul 16.00 WIB kami
meninggalkan Pulau Sebesi beserta keindahan-keindahan di balik ganasnya Selat
Sunda. Kami sampai di Dermaga Canti sekitar pukul 17.30 WIB. Kami melanjutkan perjalanan
pulang ke Jakarta dengan rute Dermaga Canti-Pelabuhan Bakauheuni-Pelabuhan
Merak-Jakarta. Kami sampai di Jakarta sekitar pukul 00.30 WIB. Perjalanan petualangan
menaklukkan Anak Krakatau berakhir 3 September dini hari dengan senyum puas.